Tentang Komisariat IMM Buya HAMKA




     

Kami PK IMM Buya Hamka STAIN Pekalongan merupakan gerakan Mahasiswa Muhammadiyah yang ada di STAIN Pekalongan. IMM Buya Hamka STAIN Pekalongan berdiri atas dasar kegelisahan mahasiswa-mahasiswi Muhammadiyah yang berada di lingkungan STAIN Pekalongan setelah vakumnya IMM STAIN Pekalongan selama 4 tahun. Pada tahun 2010 diawali oleh tiga mahasiswa STAIN Pekalongan yaitu IMMawan Muhammad Sukron, IMMawan Abdul Ghofar, dan IMMawan Muhammad Lendra mulai mencari koneksi antara generasi Muhammadiyah dan bertemu dengan IMMawan Ryan sebagai bidang Kaderisasi PC IMM tapi mereka belum berani untuk menyatukan mahasiswa-mahasiswi Muhammadiyah di STAIN Pekalongan. 



Dan pada tanggal 10 Muharam 1434 H atau 24 November 2012 M didirikanlah IMM Buya Hamka STAIN Pekalongan. Melalui Musyawarah luar biasa yang dilakukan di rumah Bapak Makmur Sofyan Mustafa yang diikuti oleh sepuluh mahasiswa kemudian dilakukan prosesdur pemilihan secara Voting dan terpilihlah IMMawan Muhammad Sukron sebagai Ketua Umum IMM Buya Hamka STAIN dan Muhammad Lendra sebagai Sekretaris Umum IMM Buya Hamka STAIN Pekalongan.  



Alhamdulillah setelah kevakuman IMM STAIN semenjak Periode 2008/2009 dan kebangkitan pada 24 November 2012,dengan melakukan perubahan nama menjadi IMM BUYA HAMKA, maka kami terus berjuang, sehingga pada tanggal 29 Maret 2013, kami mendapat restu dan diresmikan oleh Pimpinan Cabang IMM Pekalongan dengan diresmikanny Komisariat IMM BUYA HAMKA, sebagai bagian dari Komisariat IMM yang berada dikawasan Pekalongan Kota dan Kabupaten.

           

 Alhamdulillah pada periode kedua ini pun, kami telah akan diresmikan sebagai Pimpinan Penerus untuk Periode 2014-2015, yang telah atau akan dilantik pada tanggal 20 April 2014, dengan terpilihnya IMMawan Faqih Rizal sebagai Ketua Umum IMM Buya Hamka STAIN dan Anis Kharisma sebagai Sekretaris Umum IMM Buya Hamka STAIN Pekalongan, yang telah terpilih pada waktu Musyawarah Komisariat ke I, yang bertempat di Mushola dan TPQ Baitul Qudus, desa Mayangan-Wiradesa, pada tanggal 15-16 Maret 2014.

Pada periode pertama (2012-2014), yang seringkali kita sebut sebagai Periode Perintisan dan Kebangkitan IMM STAIN Pekalongan, yang pada periode tersebut terdiri dari 5 bidang, antara lain Bidang Organisasi, Bidang Kader, Bidang Hikmah, Bidang Keilmuan dan Bidang IMMawati.

Sedangkan pada periode kedua (2014-2015), yang dapat disebut sebagai Periode Penerus Kepemimpinan, yang pada periode tersebut terdiri dari 6 bidang, antara lain Bidang Organisasi, Bidang Kader, Bidang Hikmah, Bidang Keilmuan, Bidang IMMawati, dan Bidang Media-Komunikasi. Dengan adanya penambahan bidang Media Komunikasi diharapkan pengelolaan berbagai media yang telah dirintis diperiode sebelum dapat lebih dimaksimalkan.

Media yang kita miliki, antara lain:



https://twitter.com/IMM_BuyaHamka
immbuyahamkastain@gmail.com
immbuyahamka.stainpekl@ymail.com
http://zonamerahimmbuyahamkastain.blogspot.com/







Penulis: Muhammad Lendra yang merupakan sebagai Sekretaris Umum IMM Buya HAMKA (STAIN) Pekalongan pada Periode 2012-2014







Koleksi foto Pelantikan PK IMM Buya HAMKA (Periode 2012-2014)
















Visi dan Misi
IMM BUYA HAMKA
Periode 2012-2013

Visi :
Mewujudkan Mahasiswa Muslim yang Religius, Intelek dan Humanis, serta siap dan mampu meneruskan cita-cita perjuangan Muhammadiyah.
Misi :
1.      Terbentuknya akademisi Islam yang berakhlakul mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.
2.      Membentuk kader yang militan dan komitmen terhadap Ikatan serta mengamalkan kepribadian dan khittah perjuangan Muhammadiyah.
3.      Mewujudkan organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Buya Hamka sebagai sarana dakwah gerakan amar ma’ruf nahi munkar.
4.      Menumbuhkan semangat fastabiqul khoirot kepada semua kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Buya Hamka.


Ditetapkan : Pekalongan, 12 Januari 2013 M
30 Shafar 1434 H
Jam : 11.00


Visi dan Misi

IMM BUYA HAMKA

Periode 2014


Visi :

Menciptakan kader umat yang militan

Misi :



1.     Meningkatkan ketaqwaan dan pengabdian kepada Allah SWT

2.      Menciptakan kader yang mampu menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah

3.      Mewujudkan kader yang mampu mengaplikasikan Akhakul Karimah dalam kehidupan pribadi, keluarga dan Masyarakat
4.      Membina para anggota untuk tekun dalam studi dan mengamalkan ilmu pengetahuan


 
Ditetapkan : Pekalongan, 23 Maret 2014
21 Jumadil Awal 1435 H
Jam : 11.40
 



Biografi Buya HAMKA dari Biografi Web

Hamka juga diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan buat orang Minangkabau yang berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, yang berarti ayahku, atau seseorang yang dihormati. Ayahnya adalah Syekh Abdul Karim bin Amrullah, yang dikenal sebagai Haji Rasul, yang merupakan pelopor Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada tahun 1906. Beliau dibesarkan dalam tradisi Minangkabau. Masa kecil HAMKA dipenuhi gejolak batin karena saat itu terjadi pertentangan yang keras antara kaum adat dan kaum muda tentang pelaksanaan ajaran Islam. Banyak hal-hal yang tidak dibenarkan dalam Islam, tapi dipraktikkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Putra HAMKA bernama H. Rusydi HAMKA, kader PPP, anggota DPRD DKI Jakarta. Anak Angkat Buya Hamka adalah Yusuf Hamka, Chinese yang masuk Islam.

RIWAYAT PENDIDIKAN HAMKA

HAMKA di Sekolah Dasar Maninjau hanya sampai kelas dua. Ketika usia 10 tahun, ayahnya telah mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di situ HAMKA mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab. HAMKA juga pernah mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjopranoto dan Ki Bagus Hadikusumo.
Sejak muda, HAMKA dikenal sebagai seorang pengelana. Bahkan ayahnya, memberi gelar Si Bujang Jauh. Pada usia 16 tahun ia merantau ke Jawa untuk menimba ilmu tentang gerakan Islam modern kepada HOS Tjokroaminoto, Ki Bagus Hadikusumo, RM Soerjopranoto, dan KH Fakhrudin. Saat itu, HAMKA mengikuti berbagai diskusi dan training pergerakan Islam di Abdi Dharmo Pakualaman, Yogyakarta.

RIWAYAT KARIER HAMKA

HAMKA bekerja sebagai guru agama pada tahun 1927 di Perkebunan Tebing Tinggi, Medan. Pada tahun 1929 di Padang Panjang, HAMKA kemudian dilantik sebagai dosen di Universitas Islam, Jakarta dan Universitas Muhammadiyah, Padang Panjang dari tahun 1957- 1958. Setelah itu, beliau diangkat menjadi rektor Perguruan Tinggi Islam, Jakarta dan Profesor Universitas Mustopo, Jakarta.
Sejak perjanjian Roem-Royen 1949, ia pindah ke Jakarta dan memulai kariernya sebagai pegawai di Departemen Agama pada masa KH Abdul Wahid Hasyim. Waktu itu HAMKA sering memberikan kuliah di berbagai perguruan tinggi Islam di Tanah Air.
Dari tahun 1951 hingga tahun 1960, beliau menjabat sebagai Pegawai Tinggi Agama oleh Menteri Agama Indonesia. Pada 26 Juli 1977 Menteri Agama Indonesia, Prof. Dr. Mukti Ali, melantik HAMKA sebagai Ketua Umum Majlis Ulama Indonesia tetapi beliau kemudian meletakkan jabatan itu pada tahun 1981 karena nasihatnya tidak dipedulikan oleh pemerintah Indonesia.

RIWAYAT ORGANISASI HAMKA

HAMKA aktif dalam gerakan Islam melalui organisasi Muhammadiyah. Beliau mengikuti pendirian Muhammadiyah mulai tahun 1925 untuk melawan khurafat, bid’ah, tarekat dan kebatinan sesat di Padan g Panjang. Mulai tahun 1928 beliau mengetuai cabang Muhammadiyah di Padang Panjang. Pada tahun 1929 HAMKA mendirikan pusat latihan pendakwah Muhammadiyah dan dua tahun kemudian beliau menjadi konsul Muhammadiyah di Makassar. Kemudian beliau terpilih menjadi ketua Majelis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun 1946. Pada tahun 1953, HAMKA dipilih sebagai penasihat pimpinan Pusat Muhammadiyah.

AKTIVITAS POLITIK HAMKA

Kegiatan politik HAMKA bermula pada tahun 1925 ketika beliau menjadi anggota partai politik Sarekat Islam. Pada tahun 1945, beliau membantu menentang usaha kembalinya penjajah Belanda ke Indonesia melalui pidato dan menyertai kegiatan gerilya di dalam hutan di Medan. Pada tahun 1947, HAMKA diangkat menjadi ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia.
Pada tahun 1955 HAMKA beliau masuk Konstituante melalui partai Masyumi dan menjadi pemidato utama dalam Pilihan Raya Umum. Pada masa inilah pemikiran HAMKA sering bergesekan dengan mainstream politik ketika itu. Misalnya, ketika partai-partai beraliran nasionalis dan komunis menghendaki Pancasila sebagai dasar negara. Dalam pidatonya di Konstituante, HAMKA menyarankan agar dalam sila pertama Pancasila dimasukkan kalimat tentang kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknyan sesuai yang termaktub dalam Piagam Jakarta. Namun, pemikiran HAMKA ditentang keras oleh sebagian besar anggota Konstituante, termasuk Presiden Sukarno. Perjalanan politiknya bisa dikatakan berakhir ketika Konstituante dibubarkan melalui Dekrit Presiden Soekarno pada 1959. Masyumi kemudian diharamkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1960. Meski begitu, HAMKA tidak pernah menaruh dendam terhadap Sukarno. Ketika Sukarno wafat, justru HAMKA yang menjadi imam salatnya. Banyak suara-suara dari rekan sejawat yang mempertanyakan sikap HAMKA. “Ada yang mengatakan Sukarno itu komunis, sehingga tak perlu disalatkan, namun HAMKA tidak peduli. Bagi HAMKA, apa yang dilakukannya atas dasar hubungan persahabatan. Apalagi, di mata HAMKA, Sukarno adalah seorang muslim.
Dari tahun 1964 hingga tahun 1966, HAMKA dipenjarakan oleh Presiden Soekarno karena dituduh pro-Malaysia. Semasa dipenjarakan, beliau mulai menulis Tafsir al-Azhar yang merupakan karya ilmiah terbesarnya. Setelah keluar dari penjara, HAMKA diangkat sebagai anggota Badan Musyawarah Kebajikan Nasional, Indonesia, anggota Majelis Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga Kebudayaan Nasional Indonesia.
Pada tahun 1978, HAMKA lagi-lagi berbeda pandangan dengan pemerintah. Pemicunya adalah keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef untuk mencabut ketentuan libur selama puasa Ramadan, yang sebelumnya sudah menjadi kebiasaan.
Idealisme HAMKA kembali diuji ketika tahun 1980 Menteri Agama Alamsyah Ratuprawiranegara meminta MUI mencabut fatwa yang melarang perayaan Natal bersama. Sebagai Ketua MUI, HAMKA langsung menolak keinginan itu. Sikap keras HAMKA kemudian ditanggapi Alamsyah dengan rencana pengunduran diri dari jabatannya. Mendengar niat itu, HAMKA lantas meminta Alamsyah untuk mengurungkannya. Pada saat itu pula HAMKA memutuskan mundur sebagai Ketua MUI.

AKTIVITAS SASTRA HAMKA

Selain aktif dalam soal keagamaan dan politik, HAMKA merupakan seorang wartawan, penulis, editor dan penerbit. Sejak tahun 1920-an, HAMKA menjadi wartawan beberapa buah akhbar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, beliau menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, beliau menjadi editor dan menerbitkan majalah al-Mahdi di Makasar. HAMKA juga pernah menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat dan Gema Islam.
HAMKA juga menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya kreatif seperti novel dan cerpen. Karya ilmiah terbesarnya ialah Tafsir al-Azhar (5 jilid). Pada 1950, ia mendapat kesempatan untuk melawat ke berbagai negara daratan Arab. Sepulang dari lawatan itu, HAMKA menulis beberapa roman. Antara lain Mandi Cahaya di Tanah Suci, Di Lembah Sungai Nil, dan Di Tepi Sungai Dajlah. Sebelum menyelesaikan roman-roman di atas, ia telah membuat roman yang lainnya. Seperti Di Bawah Lindungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Merantau ke Deli, dan Di Dalam Lembah Kehidupan merupakan roman yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku teks sastera di Malaysia dan Singapura. Setelah itu HAMKA menulis lagi di majalah baru Panji Masyarakat yang sempat terkenal karena menerbitkan tulisan Bung Hatta berjudul Demokrasi Kita.

AKTIVITAS KEAGAMAAN

Setelah peristiwa 1965 dan berdirinya pemerintahan Orde Baru, HAMKA secara total berperan sebagai ulama. Ia meninggalkan dunia politik dan sastra. Tulisan-tulisannya di Panji Masyarakat sudah merefleksikannya sebagai seorang ulama, dan ini bisa dibaca pada rubrik Dari Hati Ke Hati yang sangat bagus penuturannya. Keulamaan HAMKA lebih menonjol lagi ketika dia menjadi ketua MUI pertama tahun 1975.
HAMKA dikenal sebagai seorang moderat. Tidak pernah beliau mengeluarkan kata-kata keras, apalagi kasar dalam komunikasinya. Beliau lebih suka memilih menulis roman atau cerpen dalam menyampaikan pesan-pesan moral Islam.
Ada satu yang sangat menarik dari Buya HAMKA, yaitu keteguhannya memegang prinsip yang diyakini. Inilah yang membuat semua orang menyeganinya. Sikap independennya itu sungguh bukan hal yang baru bagi HAMKA. Pada zamam pemerintah Soekarno, HAMKA berani mengeluarkan fatwa haram menikah lagi bagi Presiden Soekarno. Otomatis fatwa itu membuat sang Presiden berang ’kebakaran jenggot’. Tidak hanya berhenti di situ saja, HAMKA juga terus-terusan mengkritik kedekatan pemerintah dengan PKI waktu itu. Maka, wajar saja kalau akhirnya dia dijebloskan ke penjara oleh Soekarno. Bahkan majalah yang dibentuknya ”Panji Masyarat” pernah dibredel Soekarno karena menerbitkan tulisan Bung Hatta yang berjudul ”Demokrasi Kita” yang terkenal itu. Tulisan itu berisi kritikan tajam terhadap konsep Demokrasi Terpimpin yang dijalankan Bung Karno. Ketika tidak lagi disibukkan dengan urusan-urusan politik, hari-hari HAMKA lebih banyak diisi dengan kuliah subuh di Masjid Al-Azhar, Jakarta Selatan.

WAFATNYA HAMKA

Pada tanggal 24 Juli 1981 HAMKA telah pulang ke rahmatullah. Jasa dan pengaruhnya masih terasa sehingga kini dalam memartabatkan agama Islam. Beliau bukan sahaja diterima sebagai seorang tokoh ulama dan sastrawan di negara kelahirannya, bahkan jasanya di seantero Nusantara, ter masuk Malaysia dan Singapura, turut dihargai.

PENGHARGAAN

Atas jasa dan karya-karyanya, HAMKA telah menerima anugerah penghargaan, yaitu Doctor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar Cairo (tahun 1958), Doctor Honoris Causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia (tahun 1958), dan Gelar Datuk Indono dan Pengeran Wiroguno dari pemerintah Indonesia

PANDANGAN HAMKA TENTANG KESASTRAAN

Pandangan sastrawan, HAMKA yang juga dikenal sebagai Tuanku Syekh Mudo Abuya Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah Datuk Indomo tentang kepenulisan. Buya HAMKA menyatakan ada empat syarat untuk menjadi pengarang. Pertama, memiliki daya khayal atau imajinasi; kedua, memiliki kekuatan ingatan; ketiga, memiliki kekuatan hapalan; dan keempat, memiliki kesanggupan mencurahkan tiga hal tersebut menjadi sebuah tulisan.

BUAH PENA BUYA HAMKA

Kitab Tafsir Al-Azhar merupakan karya gemilang Buya HAMKA. Tafsir Al-Quran 30 juz itu salah satu dari 118 lebih karya yang dihasilkan Buya HAMKA semasa hidupnya. Tafsir tersebut dimulainya tahun 1960.
HAMKA meninggalkan karya tulis segudang. Tulisan-tulisannya meliputi banyak bidang kajian: politik (Pidato Pembelaan Peristiwa Tiga Maret, Urat Tunggang Pancasila), sejarah (Sejarah Ummat Islam, Sejarah Islam di Sumatera), budaya (Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi), akhlak (Kesepaduan Iman & Amal Salih ), dan ilmu-ilmu keislaman (Tashawwuf Modern).
Referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Haji_Abdul_Malik_Karim_Amrullah

http://vakho.multiply.com/journal/item/2/Biografi_HAMKA

http://luluvikar.wordpress.com/2005/08/01/biografi-buya-hamka/

http://www.eramuslim.net/?buka=show_biografi&id=23

http://semangatbelajar.com/biografi-buya-hamka/

No comments:

Post a Comment